Antara Jakarta dan Anyer Kita Kepanasan

Kurang lebih setahun yang lalu saya mulai aktif bersepeda. Awalnya tentu sekedar mengikuti trend karena lock-down dan harus memilih olah raga yang sifatnya di udara terbuka tapi ternyata saya sangat menikmati kegiatan bersepeda. Melihat statistik yang ada pada aplikasi Strava, saya sendiri sudah menempuh jarak 7000 km sejak pertama kali bersepeda. Banyak tempat yang ingin saya kunjungi dengan cara bersepeda. Salah satu obsesi saya dalam bersepeda adalah mencoba ke kampung Ibu di Cikande dengan menggunakan sepedah. Kalau mengukur jarak dari rumah ke Cikande, diperkirakan jaraknya kurang lebih 75 km. Waktu tempuh diperkirakan 2,5-3 jam. Masih bisa lah di tempuh dengan relatif mudah. Toh saya juga sudah beberapa kali bersepeda dengan jarak 100 km.

Seiring berjalannya waktu dan kemampuan bersepeda semakin bertambah, niat tersebut saya ubah. Target tujuan tidak lagi ke Cikande tetapi langsung menuju barat Banten yaitu ke pantai Anyer. Total jarak yang harus ditempuh naik menjadi 160 km. Setelah beberapa kali tertunda rencana tersebut akhirnya terwujudkan. Sabtu 18 September 2021 saya, Inneke Oktaviani dan beberapa rekan lainnya akhirnya berangkat ke Anyer dari Cilandak Town Square. Sebelum keberangkatan ini kami sudah beberapa kali melakukan latihan bersama untuk meningkatkan kemampuan koordinasi di jalan. Tidak lupa juga melakukan swab test untuk memastikan semua peserta yang berangkat dalam keadaan sehat.

Kami berangkat jam 5.30 dengan total rombongan sebanyak sepuluh orang. Dua orang dari kami adalah atlet profesional yang akan menjadi “tukang tarik” dan swiper untuk mengawal di belakang (terima kasih Mas Adi dan Mas Je!). Kami juga menyiapkan satu mobil untuk menjadi support/evac car dimana mobil tersebut akan mengangkut peralatan dan perbekalan. Sebuah keputusan yang tepat mengajak dua atlet professional sebagai pengiring perjalanan kami. Mereka berdua yang sepanjang jalan menjaga kecepatan kami berkendara dan juga sebagai pembelah angin untuk menambah aerodinamika pengendara di belakang.

Untuk 50 km awal kami lalui dengan relatif mudah. Cuaca masih mendukung dan jalur yang kami lalui pun kualitas jalannya bagus. Tantangan mulai timbul pada km 70. Udara sudah semakin panas dan kondisi fisik sudah mulai menurun. Pada tempat pemberhentian kedua di KM 90 saya merasakan kaki saya sudah sangat sakit dan beberapa anggota tim juga sudah mulai mengalami kelelahan. Maklum saja karena bagi sebagian besar dari kami, jalanan ini merupakan perjalanan jarak jauh pertama kalinya.

Ketika udara semakin panas tantangan untuk menyelesaikan perjalanan semakin berat. Rencana pemberhentian yang hanya dilakukan tiga kali menjadi berubah dan akhirnya kami melakukan beberapa pemberhentian tambahan untuk mengakomodir anggota rombongan yang sudah semakin lelah. Beberapa jalur yang kami lalui sangat panas, berdebu dan ada perbaikan jalan. Lintasan dari Kota Cilegon menuju Anyer adalah jalur yang paling menguras tenaga dan konsentrasi. Di sinilah ujian mental yang sebenarnya. Apakah melanjutkan perjalanan? Atau menitipkan sepeda pada mobil evac? Untuk diketahui, berdasarkan catatan pada Garmin, suhu udara berkisar pada 38-48°C. Bahkan catatan suhu tertinggi adalah 50 °C.

Fase terakhir dari perjalanan yaitu kurang lebih 40 km terakhir, sudah mulai banyak peserta yang mengalami kram. Posisi sudah kurang lebih berada di lewati kota Cilegon dan sudah mulai memasuki daerah kawasan industri Krakatau Steel. Debu dan panas semakin menjadi-jadi. Etape 20 KM terakhir kami lalui dengan kecepatan yang mulai meninggi kembali karena sudah terbayang akan finish. Tidak terhitung berapa kali saya harus mengguyur badan saya menggunakan air dingin untuk membantu menurunkan denyut jantung dan juga suhu tubuh.

Akhirnya kami berhasil finish jam jam 13.30 di Hotel Novus Jiva Anyer. Meleset hampir 30 menit dari rencana awal. Alhamdulillah secara keseluruhan tidak ada permasalahan dan tidak ada kecelakaan yang menimpa grup kami. Semua peserta dapat finish dengan strong. Rombongan yang solid dan saling support menjadikan perjalanan ini lebih ringan dan berkesan.

Sesampainya di hotel kami beristirahat dan menikmati hidangan makan siang yang sudah disiapkan oleh pihak holel. Entah karena kami kelaparan atau memang masakan di hotel ini enak-enak? Kami sangat lahap menyantap semua hidangan yang disajikan. Pelayanan yang diberikan kepada kami juga luar biasa. Setelah menikmati makan siang, kami jalan-jalan ke private beach dari hotel ini dan bersantai di infinity pool yang ada.

Perjalanan kembali ke Jakarta kami tempuh menggunakan bus dari Trac Astra yang sudah sedikit dimodifikasi untuk dapat mengangkut sepeda dengan aman. Rombongan kami tiba dengan selamat di Cilandak Town Square sekitar pukul 20:30 untuk kembali ke rumah masing-masing.

Suatu pengalaman perjalanan yang luar biasa. Semoga kedepannya bisa kembali jalan-jalan bersepeda ke tempat lain yang menarik.

Foto ciamik oleh: @satgaspotrait

Belitung (Re-Visit)

Ini kesempatan ketiga buat saya berkunjung ke Belitung. Pertama kali ke Belitung sebelum Belitung menjadi mainstream. Belitung sendiri menjadi mainstream tempat wisata pada saat booming film Laskar Pelangi. Kesempatan kedua ke Belitung lebih dimanfaatkan untuk mengunjungi beberapa tempat yang baru saja menjadi icon wisata Belitung, khususnya wisata laut dan kuliner.

Continue reading “Belitung (Re-Visit)”

Jalan-jalan Mendadak ke Tanjung Bira

Sedikit bercerita mengenai perjalanan mendadak saya ke Tanjung Bira, Sulawesi Selatan. Saya berangkat menuju Tanjung Bira hari Selasa tanggal 28 Juli 2015, sementara baru booking tiket, penginapan, land transportation pada hari Senin 27 Juli 2015. Berkat kecanggihan teknologi, semua proses reservasi berjalan dengan mudah dan praktis. Paling tidak website Traveloka dan Booking.com menjadi andalan saya untuk trip kali ini.

Continue reading “Jalan-jalan Mendadak ke Tanjung Bira”

Danger…!!!

Danger...!!! by ahmadzakaria
Danger…!!!, a photo by ahmadzakaria on Flickr.

Papan peringatan ini berada di jalan utama untuk masuk ke kawasan tambang kaolin yang merupakan “kolam” bekas penggalian timah di Belitung.

Pemandangan di sini begitu indah apalagi kalau banyak awan mendung menutupi Belitung. Suasana akan terlihat lebih dramatis.

Via Flickr:
The Warning sign before entering the Kaolin Mines, Belitung, Indonesia